PEMBAHASAN
A.
Etika
Bisnis Dalam Islam
Sebelum memahami apa yang dimaksud
dengan etika bisnis dalam Islam, perlu dipahami terlebih dahulu bagaimana etika
bisnis secara umum, maka kita perlu membandingkan dengan moral. Baik etika dan
moral sering dipakai secara dapat dipertukarkan dengan pengertian yang sering
disamakan bagitu saja. Ini sesungguhnya tidak
sepenuhnya salah. Hanya saja perlu diingat bahwa etika bisa saja
mempunyai pengertian yang sama sekali berbeda dengan moral. Sehubungan dengan
itu, secara teoritis dapatdibedakan dalam dua pengertian, walaupun dalam
penggunaan praktis sering tidak mudah dibedakan.
Pertama,
etika berasala dari kata Yunani ethos, yang dalam bentuk jamaknya (ta etha),
berarti “adat istiadat” atau “kebiasaan”. Dalam pengertian ini, etika berkaitan
dengan kebiasaan hidup yang baik, baik
pada diri seseorang maupun pada suatu masyarakat atau kelompok masyarakat. Ini berarti etika berkaitan dengan
nilai-nilai, tata cara hidup yang baik, aturan hidup yang baik, dan segala
kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang yang lain atau
dari satu generasi ke generasi yang lain. Kebiasaan ini lalu terungkap dalam
perilaku berpola yang terus berulang sebagai sebuah kebiasaan.
Yang menarik dalam hal ini, adalah bahwa
pengertian etika justru persis sama dengan
pengertian moral yang berasal dari kata Latin “mos”, bentuk jamaknya
“mores”, berarti “adat istiadat” atau “kebiasaan”. Jadi, dalam pengertian
pertama ini, yaitu secara harfiah, etika dan moral, sama-sama berarti sistem
nilai tentang bagaimana manusia harus hidup baik sebagai manusia yang telah
diinstruksionalisasikan dalam sebuah adat kebiasaan yang kemudian terwujud
dalam pola perilaku yang terulang dalam kurun waktu yang lama sebagaimana
layaknya sebuah kebiasaan.
Kedua,
etika juga dipahami dalam pengertian yang sekaligus berbeda dengan moral. Etika
dalam pengertian ini dimengerti sebagai filsafat moral, atau ilmu yang membahas
dan mengkaji nilai dan norma yang diberikan oleh moral dan etika dalam
pengertian pertama di atas.
Dengan demikian, etika dalam pengertian
pertama, sebagaimana halnya moral, berisikan nilai dan norma-norma konkrit yang
menjadi pedoman dan pegangan hidup manusia dalam seluruh kehidupannya. Ia
berkaitan dengan perintah dan larangan langsung yang bersifat konkrit. Maka,
etika dalam pengertian ini lebih bersifat normatif dan karena itu lebih
mengikat setiap pribadi manusia. Sebaliknya, etika dalam pengertian kedua
sebagai filsafat moral tidak langsung memberi perintah konkrit sebagai pegangan
siap pakai.
Sebagai sebuah cabang filsafat, etika
lalu sangat menekankan pendekatan kritis dalam melihat dan menggumbuli nilai
dan norma moral serta permasalahan-permasalahan moral yang timbul dalam
kehidupan manusia, khususnya dalam bermasyarakat.
Dengan demikian, etika dalam pengertian
kedua ini dapat dirumuskan sebagai refleksi kritis dan rasional mengenai
a) nilai
dan norma yang menyangkut bagaimana harus hidup baik sebagai manusia, dan
b) masalah-masalah kehidupan manusia dengan
mendasarkan diri pada nilai dan norma-norma moral yang umum diterima.
Mengenai etika
bisnis dalam Islam, Sudarsono dalam
bukunya yang berjudul Etika Islam tentang Kenakalan Remaja, mengatakan bahwa,
etika Islam adalah doktrin etis yang berdasarkan ajaran-ajaran agama Islam yang
terdapat di dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad Saw., yang di dalamnya
terdapat nilai-nilai luhur dan sifat-sifat yang terpuji (mahmudah).
Dalam agama Islam, etika ataupun perilaku serta
tindak tanduk dari manusia telah diatur sedemikian rupa sehingga jelas mana
perbuatan atau tindakan yang dikatakan dengan perbuatan atau tindakan asusila
dan mana tindakan atau perbuatan yang disebut bermoral atau sesuai dengan arturan
agama. Berkaitan dengan nilai-nilai
lihur yang tercakup dalam Etika Islam dalam kaitannya dengan sifat yang baik
dari perbuatan atau perlakuan yang patut dan dianjurkan untuk dilakukan sebagai
sifat terpuji, lebih jauh Sudarsono menyebutkan, antara lain :
’’Berlaku jujur
(Al Amanah), berbuat baik kepada kedua orang tua (Birrul Waalidaini),
memelihara kesucian diri (Al Iffah), kasih sayang (Ar Rahman dan Al Barry),
berlaku hemat (Al Iqtishad), menerima apa adanya dan sederhana (Qona’ah dan
Zuhud), perikelakuan baik (Ihsan), kebenaran (Shiddiq), pemaaf (‘Afu), keadilan
(‘Adl), keberanian (Syaja’ah), malu (Haya’), kesabaran (Shabr), berterima kasih
(Syukur), penyantun (Hindun), rasa sepenanggungan (Muwastt), kuat (Quwwah)’’.
Mempelajari etika ekonomi menurut
Al-Qur’an adalah bahagian normatif dari ilmu ekonomi, bahagian ilmu positifnya
akan lahir apabila telah dilakukan penyelidikan penyelidikan empiris mengenai
yang sesungguhnya terjadi, sesuai atau tidak sesuai dengan garis Islam. Ekonomi
merupakan bagian dari kehiupan. Namun, ia bukan pondasi bangunannya dan bukan
tujuan risalah Islam. Ekonomi juga bukan lambang peradaban suatu umat. Ekonomi
Islam adalah bertitik tolak dari Tuhan dan memiliki tujuan akhir pada Tuhan.
Tujuan ekonomi ini membantu manusia untuk
menyembah Tuhannya yang telah memberi makan kepada mereka untuk menghilangkan
lapar serta mengamankan mereka dari ketakutan. Juga untuk menyelamatkan manusia
dari kemiskinan yang bisa mengkafirkan dan kelaparan yang bisa mendatangkan
dosa. Juga untuk merendahkan suara orang zalim di atas suara orang-orang
beriman.
Mengenai bisnis yang sesuai dengan hukum
Islam adalah semua aspek kegiatan untuk menyalurkan barang-barang melalui
saluran produktif, dari membeli barang mentah sampai menjual barang jadi. Pada
pokoknya kegiatan bisnis meliputi : (1) Perdagangan, (2) Pengangkutan, (3)
Penyimpanan, (4) Pembelanjaan, (5) Pemberian informasi.
Islam adalah agama yang mengatur tatanan
hidup manusia dengan sempurna, kehidupan individu dan masyarakat, baik aspek
rasio, materi maupun spiritual yang didampingi oleh ekonomi, sosial dan
politik. Ekonomi adalah bagian dari tatanan Islam yang perspektif. Pengusaha
Islam adalah manusia Islam yang bertujuan untuk mendapatkan kebutuhan hidupnya
melalui usaha perdagangan, dan selanjutnya memberikan pelayanan kepada
masyarakat melalui perdagangan tersebut
B.
Urgensi
Etika Bisnis Islam
Dalam
ekonomi Islam, bisnis dan etika tidak harus dipandang sebagai dua hal
yang bertentangan, sebab, bisnis yang merupakan symbol dari urusan duniawi juga
dianggap sebagai bagian integral dari hal-hal yang bersifat investasi akherat.
Artinya, jika oreientasi bisnis dan upaya investasi akhirat
(diniatkan sebagai ibadah dan merupakan totalitas kepatuhan kepada Tuhan), maka
bisnis dengan sendirinya harus sejalan dengan kaidah-kaidah moral yang
berlandaskan keimanan kepada akhirat. Bahkan dalam Islam, pengertian bisnis itu
sendiri tidak dibatasi urusan dunia, tetapi mencakup pula seluruh kegiatan kita
didunia yang "dibisniskan" (diniatkan sebagai ibadah) untuk meraih
keuntungan atau pahala akhirat.
Sebagaimana diungkapkan oleh Dr. Syahata, bahwa etika bisnis Islam
mempunyai fungsi substansial yang membekali para pelaku bisnis, beberapa hal
sebagai berikut :
1. Membangun kode
etik islami yang mengatur, mengembangkan dan menancapkan metode berbisnis dalam
kerangka ajaran agama. Kode etik ini juga menjadi simbol arahan agar melindungi
pelaku bisnis dari resiko.
2. Kode ini dapat
menjadi dasar hukum dalam menetapkan tanggungjawab para pelaku bisnis, terutama
bagi diri mereka sendiri, antara komunitas bisnis, masyarakat, dan diatas
segalanya adalah tanggungjawab di hadapan Allah SWT.
3. Kode etik ini
dipersepsi sebagai dokumen hukum yang dapat menyelesaikan persoalan yang
muncul, daripada harus diserahkan kepada pihak peradilan.
4. Kode etik dapat
memberi kontribusi dalam penyelesaian banyak persoalan yang terjadi antara
sesama pelaku bisnis dan masyarakat tempat mereka bekerja.
5. Sebuah hal yang
dapat membangun persaudaraan (ukhuwah) dan kerja sama antara mereka
semua.
Secara
konkrit dapat diilustrasikan, jika seorang pelaku bisnis peduli pada etika,
maka bisa diprediksi ia akan bersikap jujur, amanah, adil, selalu melihat
kepentingan orang lain. Sebaliknya, bagi mereka yang tidak mempunyai kesadaran
akan etika, dimanapun dan kapanpun, mereka akan selalu memiliki sikap
kontraproduktif dengan sikap mereka yng perduli terhadap etika.
Seorang
pengusaha dalam pandangan etika Islam,bukan sekedar mencari keuntungan,
melainkan juga keberkahan yaitu kemantapan dari usaha itu dengan memperoleh
keuntungan yang wajar dan diridhai oleh Allah swt. Ini berarti, yang harus
diraih oleh seorang pebisnis muslim adalah bukan sekedar keuntungan materiil
(bendawi), tetapi yang terpenting adalah keuntungan immaterial (ukhrawi).
Kebendaan yang profane ((intransenden) baru bermakna apabila diimbangi dengan
kepentingan spiritual yang transenden (ukhrawi).
C.
Sikap
dan Kepribadian Wirausahawan
Sebelum kita membahas mengenai
sikap-sikap dan kepribadian yang harusdimiliki seorang wirausahawan, kita terlebih
dulu membahas mengenai pengertian dariwirausaha. Wirausaha adalah orang yang
berani mengambil resiko dengan jalan membeli barang sekarang dan menjual
dengan harga yang tidak pasti dimasa depan.Seorang wirausaha dapat diibaratkan
sebagai bintang. Dimana salah satu sifat bintang adalah dia menjadi pusat
dan trandsenter bukan menjadi followe yang selalu me too.Ia aakan
menciptakan inovasi-inovasi, hal-hal baru yang mampu membuat perubahan. Iaakan
malu jika hanya menjadi seorang pengekor.
Wirausaha adalah seorang inovator
atau individu yang mempunyai kemampuan naluriah untuk melihat benda-benda
materi sedemikian rupa yang kemudian terbukti benar, mempunyai semangat dan
kemampuan serta pikiran untuk menaklukkan cara berpikir yang tidak berubah, dan
mempunyai kemampuan untuk bertahan terhadap oposisi yang tidak berubah, dan
mempunyai kemampuan untuk bertahan terhadap oposisi sosial.
Sehingga dari sedikit uraian di
atas, didapatkan beberapa sikap dan karakteristikdari seorang wirausahawan
diantaranya yaitu :
a. Percaya
diriSeorang wirausaha harulah memiliki sikap percaya diri, dan tidak mudah
tergiring denganarus. Menjadi seorang wirausaha harus berani menunjukan
“akunya” sebagai seorang yang pantas untuk dicontoh.
b. Pengambil
resiko dan suka tantangan
Menjadi seorang wirausaha (membuat
usaha sendiri) haruslah berani mengambil resiko yang besar. Entah resiko
itu nanti akan menghasilkan untung atau rugi yang besar, kita tidak bolehtakut
untuk menghadapinya.Bisa kita ambil contoh seorang Bob Sadino, dia tidak takut
untuk mengambil resiko. Diaadalah orang Indonesia yang pertama kali menjual
telur dan daging ayam negeri, di mana saatitu ayam negeri belumlah
sepopuler sekarang. Namun ia tetap berani mengambil resikountuk menjadi
seorang pemrakarsa. Dan bisa kita lihat asilnya sekarang, usaha dari BobSadino
sangatlah berkembang pesat.
KepemimpinanSeorang wirausaha harus
memiliki jiwa-jiwa kepemimpinan, yang diantaranya yaitu:
a. Jujur
b. Kompeten
c. Berwawasan
jauh kedepan
d. Cerdas/Smart
e. Inspirator
bukan Diktator
f. Adil
g. Keorisinilan
Menjadi seorang wirausaha, kita
harus mampu menghasilkan produk-produk atau hasil-hasilyang berbeda. Kita harus
mampu menunjukan keorisinilan kita. Jangan Cuma bisa ikut-ikutan. Karena
prinsip yang utama dari seorang wirausaha ialah mereka bertindak sebagaikepala
bukan ekor. Karena seorang wirausaha adalah seorang inspirator, pengerak,
penetusde-ide briliyan dan mampu melakukan hal-hal tersebut karena memiliki
konsep diri yangmapan.Semoga saya pribadi bisa memiliki sikap-sikap dan
karakter seperti di atas,sehingga mampu untuk berwirausaha secara
mandiri.Diposkan oleh
Menurut Dusselman (dalam Suryana,
2001:25), seorang yang memiliki jiwa kewirausahaan ditandai oleh pola-pola
tingkah laku sebagai berikut:
a.
Keinovasian, yaitu usaha untuk
menciptakan, menemukan dan menerima ide-ide baru
b.
Keberanian untuk menghadapi
risiko yaitu usaha untuk menimbang dan menerima risiko dalam pengambilan
keputusan dan dalam menghadapi ketidakpastian.
c.
Kemampuan manajerial, yaitu
usaha-usaha yang dilakukan untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, yaitu
usaha perencanaan, usaha untuk mengkoordinir, usaha untuk menjaga kelancaran
usaha, dan usaha untuk mengawasi dan mengevaluasi usaha,
d.
Kepemimpinan yaitu usaha
memotivasi, melaksanakan, dan mengarahkan terhadap tujuan usaha
Menurut Kathleen L. Hawkins &
Peter A. Turla (dalam Suryana, 2001:25-26) pola tingkah laku kewirausahaan
tergambar dalam perilaku dan kemampuan sebagai berikut:
a.
Kepribadian, aspek ini bisa
diamati dari segi kreativitas, disiplin diri, kepercayaan diri, keberanian
menghadapi risiko, memiliki dorongan, dan kemauan kuat
b.
Kemampuan hubungan,
operasionalnya dapat dilihat dari indikator komunikasi dan hubungan antar
personal, kepemimpinan, dan manajemen
c.
Pemasaran, meliputi kemampuan
dalam menentukan produk dan harga, periklanan dan promosi
d.
Keahlian dalam mengatur,
operasionalnya diwujudkan dalam bentuk penentuan tujuan, perencanaan, dan
penjadwalan, serta pengaturan pribadi
e.
Keuangan, indikatornya adalah
sikap terhadap uang dan cara mengatur uang
Mengembangkan pribadi wirausaha
identik dengan mengembangkan perilaku wirausaha yaitu mengenali diri sendiri
dan kendala yang dihadapinya sebagai langkah awal. David McClelland (dalam
Suryana, 2001:26) mengemukakan enam ciri perilaku kewirausahaan yaitu:
a.
Keterampilan mengambil keputusan
dan mengambil risiko yang moderat dan bukan atas dasar kebetulan belaka
b.
Bersifat energetik, khususnya
dalam bentuk berbagai kegiatan inovatif
c.
Tanggung jawab individual
d.
Mengetahui hasil-hasil dari
berbagai keputusan yang diambilnya, dengan tolok ukur satuan uang sebagai
indiaktor keberhasilan
e.
Mampu mengantisipasi berbagai
kemungkinan di masa datang
f.
Memiliki kemampuan berorganisasi,
yaitu bahwa seseorang wirausaha memiliki kemampuan keterampilan, kepemimpinan,
dan manjerial
Kebutuhan berprestasi wirausaha terlihat dalam
bentuk tindakan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dan lebih efisien
dibanding sebelumnya. Menurut Suryana (2001:28) wirausaha yang memiliki motif
berprestasi tinggi pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Mau mengatasi sendiri kesulitan dan persoalan-persoalan yang timbul pada
dirinya sendiri
b. Selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat keberhasilan dan
kegagalan
c. Memiliki tanggung jawab personal yang tinggi
d. Berani menghadapi risiko dengan penuh perhitungan
e. Menyukai tantangan dan melihat tantangan secara seimbang.
DAFTAR PUSTAKA
Tuntunan Islam. Etika
Bisnis Dalam Islam. 02/05/2017. http://tuntunanislam.com/etika-bisnis-dalam-islam/. 24/09/2017
Kamrianti Ramli. Sikap dan Kepribadian Kewirausahaan.
02/05/2017. https://kamriantiramli.wordpress.com/tag/sikap-dan-kepribadian-kewirausahawan/. 24/01/2012
Rahayu Anik. Sikap
dan Perilaku Wirausaha. 02/05/2017. http://anikmugirahayu.blogspot.co.id/2012/07/sikap-dan-perilaku-wirausahawan.html. 07/2012
Syams Ade. Karekteristik
Sikap dan Perilaku. 02/052017. http://adesyams.blogspot.co.id/2009/09/karakteristik-sikap-dan-perilaku.html. 09/2009
--------------. Etika
Bisnis Dalam Ekonomi Islam. 02/05/2017. http://serbamakalah.blogspot.co.id/201 3/05/etika-bisnis-dalam-ekonomi-islam_2527.html. 05/2013
Makalah Etika Bisnis Dalam Islam
Reviewed by Karaeng Se're
on
4:22:00 PM
Rating:
Saya ingin tahu apakah ada orang di sini yang mencari pemberi pinjaman positif untuk melaksanakan proyek atau kebutuhan finansial Anda? Saya merekomendasikan orang tersebut untuk menghubungi Tn. Pedro Jerome (pedroloanss@gmail.com Whatsapp +393510140339) yang telah membantu banyak pengusaha muda & tua di seluruh dunia untuk mendapatkan bantuan keuangan, jadi saya sangat yakin bahwa Tn. Pedro dapat membantu dengan layanan pinjaman suku bunga 2% kepada siapa pun di sini yang mencari pinjaman.
ReplyDeleteTerima kasih sekali lagi karena telah mengizinkan saya menulis di blog Anda. Saya yakin saya telah memberi Anda artikel yang benar-benar unik dan relevan sehingga dapat bermanfaat bagi para pembaca Anda.
Jika Anda tidak senang dengan catatan singkat saya, saya dengan hormat meminta maaf sebelumnya.
Salam Hormat Saya,
Anya Bennett.