OLEH
KELOMPOK 12
NAMA NIM
Hardianto. S 10400114141
Achmad Gani 10400114143
Ikhwan Setiawan 10400114142
Muh. Arfah 10400114140
JURUSAN
ILMU HUKUM
FAKULTAS
SYARI’AH DAN HUKUM
UIN
ALAUDDIN MAKASSAR TAHUN AKADEMIK 2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penyusun panjatkan
kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya yang telah dilimpahkan kepada Penyusun
sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Penjajahan
bangsa barat atas dunia Islam danperjuangan kemerdekaan Negara-negara Islam yang merupakan tugas Kelompok pertama sejarah peradaban Islam pada semester ketiga.
Dalam makalah ini Penyusun membahas
mengenai latar belakang dan motif penjajahan, penjajahan baratterhadap dunia Islam
di anakbenua India dan Asia tenggara, kemunduraan kerajaan Usmani dan expansi
barat ketimur tengah, dan bangkitnya nasionalisme di dunia Islam.
Dalam menyelesaikan makalah ini, Penyusun
telah banyak mendapat bantuan dan masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
dalam kesempatan ini Penyusun ingin menyampaikan terima kasih kepada teman kelompk
yang telah ikut serta dalam mengerjakan makalah ini dan Dosen mata kuliah Sejarah Peradaban
Islam UIN
Alauddin Makassar yang telah memberikan tugas mengenai “Penjajahan
bangsa barat atas dunia Islam danperjuangan kemerdekaan Negara-negara Islam” ini sehingga pengetahuan kemlompok kami
dalam penyusunan makalah ini makin bertambah dan hal itu sangat bermanfaat bagi
Penyusunan skripsi di kemudian hari.
Penyusun menyadari bahwa penyusunan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, namun demikian telah memberikan
manfaat bagi Penyusun dan teman kelompok yang lain. Kritik dan saran yang bersifat
menbangun akan penyusun terima dengan senang hati.
Makassar, 22 September 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
ABSTRAK……………………………………………………………..........................……………i
KATA
PENGANTAR………………………………………………...........................…………….ii
DAFTAR
ISI………………………………………………………………….................................iii
BAB
I PENDAHULUAN………………………………………………….......................………1
A.
Latar Belakang Masalah…………………………………………....................1
B.
Rumusan Masalah…………………………………………………..................1
BAB
II PEMBAHASAN………………………………………....................…………………….2
A.
Latar belakangdan
motif penjajahan...........................................................2
B.
Penjajahan barat terhadap dunia Islam di
anak benua India dan Asia
Tenggara....................................................................................................3
C.
Kemunduran kerajaan Usmani dan
expansi barat ke Timur tengah.................5
D.
Bangkitnya Nasionalisme di
dunia Islam...........................................................6
E.
Kemerdekaan Negara-negara Islam
dari Penjajahan Barat..............................8
BAB III PENUTUP................................................................................................................10
A.
KESIMPULAN..................................................................................................10
B.
SARAN............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Setelah
seratus tahun wafatnya Nabi Muhammad SAW. Para khalifah penggantinya mampu
mendirikan kerajaan Abbasiyah yang kuat dan lebih besar dari kerajaan
Byzantium, Roma Timur. Mengetahui keadaan tersebut, kerajaan kristen Roma
merasan khawatir kalau akhirnya kekuatan mereka tertandingi oleh Islam Arab.
Kekhawatiran
tersebut akhirnya menjadi kenyataan. Pada abad ke-7 dan ke-8 umat islam arab
bersatu dan melakukan penaklukan terhadap kerajaan Byzantium, pada abad itu
pula terbentanglah wilayah kekhilafahan islam hingga india. Karena penaklukan
tersebut keadaan kerajaan Byzantium mengalami krisis. Penaklukan dan ekspansi
yang dilakukan oleh kekhilafahan Islam semakin meluas. Keadaan ini membuat
Kristen Eropa semakin marah dan menaruh dendam yangsangat besar terhadap
kekuatan Islam yang dianggap telah menghancurkan Kristen, terutama dalam bidang
Politik dan Agama.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apakah latar belakangdan motif penjajahanbangsa barat
terhadap dunia Islam ?
2.
Bagaimana penjajahan barat terhadap dunia Islam di anak
benua Indian dan Asia Tenggara ?
3.
Apa yang menyebabkan kemunduran kerajaan Usmani dan
expansi barat ketimur tengah ?
4.
Bagaimana proses bangkitnya Nasionalisme di dunia Islam ?
5.
Bagaimana kemerdekaan Negara-nrgara Islam dari penjajahan
barat ?
BAB II
PEMBAHASAN
F. Latar belakangdan motif penjajahan
Umat Islam mengalami puncak kejayaan kedua pada masa
tiga kerajaan Besar berkuasa, yakni kerajaan Turki Usmani, Safawi dan Mughal (India).Namun,
seperti pada masa kekuasaan Islam terdahulu, lambat laun kekuatan Islam
menurun. Bersamaan dengan kemunduran tiga kerajaan tersebut, bangsa Barat mulai
menunjukkan usaha kebangkitannya.
Kebangkitan bangsa Barat bermuara pada khazanah ilmu
pengetahuan dan metode berpikir yang dikembangkan umat Islam yakni rasional. Di
antara jalur masuknya ilmu pengetahuan Islam ke Eropa yang terpenting adalah
Spanyol. Ketika Spanyol Islam mengalami kejayaan, banyak orang-orang Eropa yang
datang untuk belajar ke sana, kemudian menerjemahkan karya-karya ilmiah umat
Islam. Hal ini dimulai sejak abad ke-12.
Gerakan renaisans bangsa Eropa melahirkan
perubahan-perubahan besar. Abad ke-16 dan ke-17 merupakan abad yang paling
penting bagi kebangkitan Eropa, sementara pada akhir abad ke-17 itu pula, dunia
Islam mulai mengalami kemunduran. Banyak penemuan-penemuan dalam segala
lapangan ilmu pengetahuan dan kehidupan yang diperoleh orang-orang Eropa.
Perkembangan itu semakin cepat setelah ditemukan mesin uap, yang kemudian
melahirkan revolusi industri di Eropa. Teknologi perkapalan dan militer
berkembang dengan pesat. Sehingga, dengan kekuatan baru yang mereka miliki,
Eropa menjadi penguasa lautan dan bebas melakukan kegiatan ekonomi dan
perdagangan dari dan ke seluruh dunia, tanpa mendapat hambatan berarti dari
lawan-lawan mereka yang masih menggunakan persenjataan sederhana dan
tradisional.
Dalam pada itu, kemorosotan dunia Islam tidak terbatas
pada bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan saja, melainkan mereka juga ketinggalan
dari Eropa dalam industri perang, padahal keunggulan Turki Usmani di bidang ini
pada masa-masa sebelumnya telah diakui oleh seluruh dunia.
Dengan organisasi dan persenjataan modern, pasukan
perang Eropa mampu melancarkan pukulan telak terhadap daerah-daerah kekuasaan
Islam. Kekuatan-kekuatan Eropa menjajah satu demi satu negara Islam. Perancis
menduduki Aljazair pada tahun 1830, dan merebut Aden dari Inggris sembilan
tahun kemudian. Tunisia ditaklukkan pada tahun 1881, Mesir pada tahun 1882,
Sudan pada 1889.
Sementara itu, wilayah Islam di Asia Tengah juga tak
luput dari penjajahan Barat. Umat Islam di Asia Tengah menjadi sasaran
pendudukan Uni Soviet. Tulisan ini mencoba memaparkan keadaan dunia Islam pada
masa penjajahan Barat.
G. Penjajahan barat terhadap
dunia Islam di anak benua India dan Asia Tenggara
Invasi Eropa terhadap dunia Islam tidak pernah sama,
tetapi selalu secara menyeluruh dan efektif. Penetrasi Barat terhadap dunia
Islam di Timur Tengah pertama-tama dilakukan oleh dua bangsa Eropa terkemuka,
Inggris dan Perancis. Inggris terlebih dahulu mencoba menguasai kerajaan Mughal
India. Selama pertengahan terakhir abad ke-18, para pedagang Inggris telah
memantapkan diri di Benggali. Rentang waktu antara 1798 – 1818, dengan
perjanjian atau aksi militer, pemerintahan kolonial Inggris tersebar ke seluruh
India, kecuali lembah Indus, yang baru menyerah pada tahun 1843 – 1849.
Sementara itu Perancis merasa perlu memutuskan
hubungan komunikasi antara Inggris di barat dan India di timur. Oleh karena itu,
pintu gerbang ke India, yakni Mesir berhasil ditaklukkan dan dikuasai oleh
Napoleon Bonaparte pada tahun 1798 M. Alasan lain Perancis menaklukkan Mesir
adalah untuk memasarkan hasil-hasil industrinya. Mesir, di samping mudah
dicapai dari Perancis juga dapat menjadi sentral aktivitas untuk
mendistribusikan barang-barang ke Turki, Syiria hingga ke timur jauh.
Pada tahun 1799 M., Napoleon Bonaparte meninggalkan
Mesir karena situasi politik yang terjadi di negara tersebut. Ia kemudian
menunjuk jenderal Kleber menggantikan kedudukan Napoleon di Mesir. Dalam suatu
pertempuran laut antara Inggris dan Perancis, jenderal Kleber kalah dan
meninggalkan Mesir pada tahun 1801 M., dan di Mesir terjadi kekosongan
kekuasaan.
Kekosongan tersebut dimanfaatkan oleh seorang perwira
Turki, Muhammad Ali dengan didukung oleh rakyat, berhasil megambil alih
kekuasaan dan mendirikan dinasti. Pada masa itu Mesir sempat menegakkan
kedaulatan dan melakukan beberapa pembeharuan, namun pada tahun 1882 M. dapat
ditaklukkan kembali oleh Inggris.
Faktor utama yang menarik kehadiran kekuatan-kekuatan
Eropa ke negara-negara muslim adalah ekonomi dan politik. kemajuan Eropa dalam
bidang industri menyebabkannya membutuhkan bahan-bahan baku, di samping
rempah-rempah. Mereka juga membutuhkan negeri-negeri tempat memasarkan
hasil industri mereka. Untuk menunjang perekonomian tersebut, kekuatan politik
diperlukan sekali. Akan tetapi persoalan agama seringkali terlibat dalam proses
politik penjajahan barat atas negeri-negeri muslim. Trauma Perang Salib masih
membekas pada sebagian orang barat, terutama Portugis dan Spanyol, karena kedua
negara ini dalam jangka waktu lama, berabad-abad berada di bawah kekuasaan
Islam.
, pada masa kemajuan kerajaan Mughal adalah negeri
yang kaya dengan hasil pertanian. Hal ini mengundang Eropa yang sedang
mengalami kemajuan untuk berdagang ke sana. Di awal abad ke-17 M, Inggris dan
Belanda mulai menginjakkan kaki di India. pada tahun 1611 M, Inggris mendapat
izin menanamkan modal, dan pada tahun 1617 M belanda mendapat izin yang sama.
Kongsi dagang Inggris, British East India Company
(BEIC), mulai berusaha menguasai wilayah India bagian timur, ketika merasa
cukup kuat. Penguasa setempat mencoba mempertahankan kekuasaan dan berperang
melawan Inggris. Namun, mereka tidak berhasil mengalahkan kekuatan Inggris.
Pada tahun 1803 M, Delhi, ibukota kerajaan Mughal jatuh ke tangan Inggris dan
berada di bawah bayang-bayang kekuasaan Inggris. Tahun 1857 M, kerajaan Mughal
dikuasai secara penuh, dan raja yang terakhir dipaksa meninggalkan istana.
Sejak itu India berada di bawah kekuasaan Inggris yang menegakkan
pemerintahannya di sana. Pada tahun 1879, Inggris berusaha menguasai
Afghanistan dan pada tahun 1899, Kesultanan Muslim Baluchistan dimasukkan ke
bawah kekuasaan India-Inggris.
Asia Tenggara, negeri tempat Islam baru berkembang,
yang merupakan daerah penghasil rempah-rempah terkenal pada masa itu, menjadi
ajang perebutan negara-negara Eropa. Kerajaan-kerajaan Islam di wilayah ini
lebih lemah dibandingkan dengan kerajaan Mughal, sehingga lebih mudah
ditaklukkan oleh bangsa Eropa.
Kerajaan Islam Malaka yang berdiri pada awal abad
ke-15 M di Semenanjung Malaya yang strategis merupakan kerajaan Islam kedua di
Asia Tenggara setelah Samudera Pasai, ditaklukkan Portugis pada tahun 1511 M.
Sejak itu peperangan-peperangan antara Portugis melawan kerajaan-kerajaan Islam
di Indonesia seringkali berkobar. Pedagang-pedagang Portugis berupaya menguasai
Maluku yang sangat kaya akan rempah-rempah.
Pada tahun 1521 M, Spanyol datang ke Maluku dengan
tujuan dagang. Spanyol berhasil menguasai Filipina, termasuk di dalamnya
beberapa kerajaan Islam, seperti Kesultanan Maguindanao, Buayan dan Kesultanan
Sulu. Akhir abad ke-16 M, giliran Belanda, Inggris, Denmark dan Perancis,
datang ke Asia Tenggara. Namun, Perancis dan Denmark tidak berhasil menguasai
negeri di Asia Tenggara dan hanya datang untuk berdagang. Kekuasaan politik
negara-negara Eropa di negara-negara Asia berlanjut terus hingga pertengahan abad
ke-20.
H. Kemunduran kerajaan
Usmani dan expansi barat ke Timur tengah
Kemajuan-kemajuan Eropa dalam teknologi militer dan
industri perang membuat kerajaan Usmani menjadi kecil di hadapan
Eropa. Akan tetapi nama besar Turki Usmani masih membuat Eropa segan untuk
menyerang atau menguasai wilayah-wilayah yang berada di bawah kekuasaan
kerajaan Islam. Namun kekalahan besar Turki Usmani dalam peperangan di Wina
pada tahun 1683 M, membuka mata Barat bahwa Turki Usmani telah benar-benar
mengalami kemunduran jauh sekali.
Sejak kekalahan dalam peperangan Wina itu, kerajaan
Turki Usmani menyadari akan kemundurannya dan kemajuan Barat. Usaha-usaha
pembaharuan mulai dilaksanakan dengan mengirim duta-duta ke negara Eropa,
terutama Perancis, untuk mempelajari kemajuan mereka dari dekat. Pada tahun
1720 M, Celebi Muhamad diutus ke Paris dan diinstruksikan untuk mengunjungi
pabrik-parbik, benteng-benteng pertahanan dan institusi-institusi lainnya. Ia
kemudian memberi laporan tentang kemajuan teknik, organisasi angkatan perang
modern, dan kemajuan lembaga-lembaga sosial lainnya. Laporan-laporan tersebut
mendorong Sultan Ahmad III (1703 – 1730 M) untuk memulai pembaharuan. Untuk
tujuan itu, didatangkanlah ahli-ahli militer Eropa, salah satunya adalah De
Rochefort, Pada tahun 1717, ia datang ke Istambul dalam rangka membentuk korps
artileri dan melatih tentara Usmani dalam ilmu-ilmu kemiliteran modern.
Usaha pembaruan yang dilakukan tidak terbatas pada
bidang milliter. Dalam bidang-bidang lain pembaharuan juga dilaksanakan, seperti
pembukaan percetakan di Istanbul pada tahun 1737 M, untuk kepentingan kemajuan
ilmu pengetahuan. Demikian juga gerakan penerjemahan buku-buku Eropa ke dalam
bahasa Turki, sebagaimana telah dilakukan oleh para penguasa Abbasiyah ketika
menerjemahkan buku-buku Yunani ke dalam bahasa Arab.
Meskipun demikian, usaha-usaha pembaharuan itu bukan
saja gagal menahan kemunduran Turki Usmani, tetapi juga tidak membawa hasil
yang diharapkan. Penyebab kegagalan tersebut karena kelemahan raja-raja
Turki Usmani karena wewenangnya sudah menurun. Di samping itu, keuangan negara
yang terus mengalami kebangkrutan, tidak mampu menunjang usaha pembaharuan.
Faktor terpenting yang menyebabkan kegagalan usaha pembaharuan adalah karena
ulama dan tentara Yenissari yang sejak abad ke-17 M menguasai suasana politik
kerajaan Turki Usmani menolak pembaharuan.
Usaha pembaruan Turki Usmani baru mengalami kemajuan
setelah Sultan Mahmud II membubarkan tentara Yenissari pada tahun 1826 M.
Struktur kerajaan dirombak, lembaga-lembaga pendidikan moderen didirikan,
buku-buku Barat diterjemahkan, siswa berbakat dikirim belajar ke Eropa, dan
sekolah-sekolah kemiliteran didirikan. Akan tetapi, meski banyak mendatangkan
kemajuan, hasil yang diperoleh dari gerakan pembaharuan tetap tidak berhasil menghentikan
gerakan Barat terhadap dunia Islam. Selama abad ke-18, Barat menyerang wilayah
kekuasaan Turki Usmani di Eropa Timur. Akhir dari serangan itu adalah
ditandatanganinya Perjanjian San Stefano (Maret 1878 M) dan perjanjian Berlin
(Juli 1878 M), antara kerajaan Turki Usmani dengan Rusia.
Ketika perang dunia I meletus, Turki Usmani bergabung
dengan Jerman yang kemudian mengalami kekalahan. Akibat dari peristiwa itu
kekuasaan kerajaan Turki semakin ambruk. Partai Persatuan dan Kemajuan
memberontak kepada Sultan dan dapat menghapuskan kekhalifahan Usmani, kemudian
membentuk Turki modern.
Di pihak lain, satu demi satu daerah-daerah kekuasaan
Turki Usmani di Asia dan Afrika melepaskan diri dari Konstantinopel. Hal ini
disebabkan timbulnya nasionalisme pada bangsa-bangsa yang ada di bawah
kekuasaan Turki. Bangsa Armenia dan Yunani yang beragama Kristen berpaling ke
Barat, memohon bantuan Barat untuk kemerdekaan tanah airnya, bangsa Kurdi di
pegunugan dan Arab di padang pasir dan lembah-lembah juga bangkit untuk
melepaskan diri dari cengkeraman penguasa Turki Usmani.
I.
Bangkitnya Nasionalisme di dunia Islam
Sebagaimana telah disebutkan di atas,
benturan-benturan antara Islam dan kekuatan Eropa telah menyadarkan umat Islam
bahwa, mereka memang jauh tertinggal dari Eropa. Hal ini dirasakan dan disadari
pertama kali oleh Turki, karena kerajaan inilah yang pertama dan utama dalam
usaha menghadapi kekuatan Eropa. Kesadaran itu memaksa penguasa dan
pejuang-pejuang Turki untuk banya belajar dari Eropa.
Usaha untuk memulihkan kembali kekuatan Islam pada
umumnya didorong oleh dua faktor, yakni pertama: permurnian ajaran Islam dari
unsur-unsur asing yang dipandang sebagai penyebab kemunduran Islam, seperti
gerakan Wahhabiyah yang dipelopori oleh Muhammad bin Abd al-Wahhab di Saudi
Arabia, Syah Waliyullah di India dan gerakan Sanusiyah di Afrika Utara yang
dipimpin oleh Said Muhammad Sanusi dari Aljazair. Kedua: Menimba
gagasan-gagasan pembaruan dan ilmu pengetahuan dari Barat. Hal ini tercermin
dalam pengiriman para pelajar muslim oleh penguasa Turki dan Mesir ke
negara-negara Eropa untuk menimba ilmu pengetahuan dan dilanjutkan dengan
gerakan penerjemahan karya-karya Barat ke dalam bahasa mereka. Pelajar-pelajar
India juga banyak yang menuntut ilmu ke Inggris.
Gerakan pembaharuan itu, dengan segera juga memasuki
dunia politik, karena Islam memang tidak bisa dipisahkan dengan politik.
Gagasan politik yang pertama kali muncul adalah gagasan Pan-Islamisme
(Persatuan umat Islam Sedunia) yang pada awalnya didengungkan oleh gerakan
Wahhabiyah dan Sanusiayah. Namun, gagasan ini baru disuarakan dengan lantang
oleh tokoh pemikir Islam terkenal, Jamaludin al-Afghani. Al-Afghani-lah orang
pertama yang menyadari sepenuhnya akan dominasi Barat dan bahayanya. Oleh
karena itu, dia mengabdikan dirinya untuk memperingatkan dunia Islam akan hal
tersebut dan melakukan usaha-usaha untuk pertahanan. Umat Islam, menurutnya,
harus meninggalkan perselisihan-perselisihan dan berjuang di bawah panji
bersama. Ia juga berusaha membangkitkan semangat lokal dan nasional
negeri-negeri Islam. Karena itu, al-Afghani dikenal sebagai Bapak Nasionalisme
dalam Islam.
Semangat Pan-Islamisme yang bergelora itu mendorong
Sultan Hamid II, untuk mengundang al-Afghani ke Istanbul. Gagasan ini dengan
cepat mendapat sambutan hangat dari negeri-negeri Islam. Akan tetapi, semangat
demokrasi al-Afghani tersebut menjadi duri bagi kekuasaan sultan, sehingga
al-Afghani tidak diizinkan berbuat banyak di Istanbul. Setelah itu, gagasan
Pan-Islamisme dengan cepat redup, terutama setelah Turki Usmani bersama
sekutunya Jerman, kalah dalam Perang Dunia I dan kekhalifahan dihapuskan oleh
Mustafa Kemal, tokoh yang justru mendukung nasionalisme, rasa kesetiaan kepada
negara kebangsaan.
Gagasan nasionalisme yang berasal dari Barat tersebut
masuk ke negeri-negeri Islam melalui persentuhan umat Islam dengan Barat yang
menjajah mereka dan dipercepat oleh banyaknya pelajar Islam yang menuntut ilmu
ke Eropa atau lembaga-lembaga pendidikan barat yang didirikan di negeri mereka.
Gagasan kebangsaan ini pada mulanya banyak mendapat tantangan dari
pemuka-pemuka Islam, karena dipandang tidak sejalan dengan semangat uóuwaú
al-Islamiyaú. Akan tetapi, gagasan ini berkembang dengan cepat setalah gagasan
Pan-Islamisme redup.
Di Mesir, benih-benih nasionalisme tumbuh sejak masa
al-Tahtawi dan Jamludin al-Afghani. Tokoh pergerakan terkenal yang
memperjuangkan gagasan ini adalah Ahmad Urabi Pasha. Gagasan tersebut menyebar
dan mendapat sambutan hangat, sehingga nasionalisme tersebut terbentuk atas
dasar kesamaan bahasa. Hal itu terjadi di Mesir, Syiria, libanon, Palestina,
Irak, Bahrain, dan Kuwait. Semangat persatuan Arab tersebut diperkuat pula oleh
usaha barat untuk mendirikan negara Yahudi di tengah-tengah bangsa Arab.
Di India, sebagaimana di Turki dan Mesir, gagasan
Pan-Islamisme yang dikenal dengan gerakan óilafaú juga mendapat pengikut. Syed
Amir Ali adalah salah seorang pelopornya. Namun, gerakan ini pudar setelah
usaha menghidupkan kembali khilafah yang dihapuskan Mustafa Kemal tidak
memungkinkan lagi. Yang populer adalah gerakan nasionalisme, yang diwakili oleh
Partai Kongres Nasional India. Akan tetapi, gagasan nasionalisme itu segera
pula ditinggalkan sebagian besar tokoh-tokoh Islam, karena kaum muslim yang
minoritas tertekan oleh kelompok Hindu yang mayoritas.
Persatuan antar kedua komunitas besar Hindu dan Islam
sulit diwujudkan. Oleh karena itu, umat Islam di anak benua India tidak lagi
semangat menganut nasionalisme, tetapi Islamisme, yang dalam masyarakat India
dikenal dengan nama komunalisme. Gagasan Komunalisme Islam disuarakan oleh Liga
Muslimin yang merupakan saingan bagi Partai Kongres Nasional. Benih-benih
gagasan Islamisme tersebut sebenarnya sudah ada sebelum Liga Muslimin berdiri,
yang disuarakan oleh Sayyid Ahmad Khan, kemudian mengkristal pada masa Iqbal
dan Muhammad Ali Jinnah.
J.
Kemerdekaan Negara-negara Islam dari Penjajahan Barat
Munculnya gagasan nasionalisme yang diikuti dengan
berdirinya partai-partai politik merupakan modal utama umat Islam dalam
perjuangannya untuk mewujudkan negara merdeka. Dalam kenyataannya,
partai-partai itulah yang berjuang melepaskan diri dari kekuasaan penjajah.
Perjuangan tersebut terwujud dalam beberapa bentuk kegiatan antara lain:
1. Gerakan
politik, baik dalam bentuk diplomasi maupun perjuangan bersenjata.
2. Pendidikan
dan propaganda dalam rangka mempersiapkan masyarakat menyambut dan mengisi
kemerdekaan.
Negara berpenduduk mayoritas Muslim yang pertama kali
memproklamasikan kemerdekaannya adalah Indonesia, yaitu tanggal 17 Agustus
1945. Indonesia merdeka dari pendudukan Jepang setelah Jepang dikalahkan oleh
Sekutu. Disusul oleh Pakistan tanggal 15 Agustus 1947, ketika Inggris
menyerahkan kedaulatannya di India kepada dua Dewan Konstitusi, satu untuk
India dan satunya untuk Pakistan.
Tahun 1922, Timur Tengah (Mesir) memperoleh
kemerdekaan dari Inggris, namun pada tanggal 23 Juli 1952, Mesir menganggap
dirinya benar-benar merdeka. Pada tahun 1951 di Afrika, tepatnya Lybia merdeka,
Sudan dan Maroko tahun 1956, Aljazair tahun 1962. Semuanya membebaskan diri
dari Prancis. Dalam waktu yang hampir bersamaan, Yaman Utara, Yaman selatan dan
Emirat Arab memperoleh kemerdekaannya pula. Di Asia tenggara, Malaysia,
yang saat itu termasuk Singapura mendapat kemerdekaan dari Inggris tahun 1957,
dan Brunai Darussalam tahun 1984 M.
Demikianlah, satu persatu negeri-negeri Islam
memerdekakan diri dari penjajahan. Bahkan, beberapa diantaranya baru mendapat
kemerdekaan pada tahun-tahun terakhir, seperti negera Islam yang dulunya
bersatu dalam Uni Soviet, yaitu Uzbekistan, Turkmenia, Kirghistan, Kazakhtan,
Tasjikistan dan Azerbaijan pada tahun 1992 dan Bosnia memerdekakan diri dari
Yugoslavia pada tahun 1992 (Yatim, 2003:187-189).
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Perang Salib merupakan awal penetrasi Barat terhadap dunia
Islam yang selanjutnya membawa kaum muslimin berada dalam jajahan negara-negara
Barat. Karena mulai dari Perang Salib I inilah kaum muslimin banyak mengalami
kerugian, baik kerugian yang bersifat material seperti banyaknya wilayah Islam
yang direbut Barat, diduduki dan dikuasai, juga kerugian non material yang
berupa mulai hilangnya peradaban Islam dan mulai masuknya peradaban-peradaban
Barat.
Penjajahan Barat terhadap dunia Islam yang diawali
dengan Perang Salib berlatar belakang hal-hal berikut :
1. Mercenary
yaitu untuk mencari keuntungan negara Barat di negara-negara Islam.
2. Missionary
yaitu untuk menyebarkan agama Kristen pada negara-negara jajahannya.
3. Military yaitu perluasan daerah militer.
Selain hal diatas yang melatarbelakangi penjajahan
Barat adalah faktor ekonomi dan politik. Bentuk-bentuk penjajahan barat
terhadap dunia Islam berupa penyerangan, penaklukan, sehingga banyak
wilayah-wilayah Islam yang jatuh ke negara-negara Barat. Juga berupa
penindasan, penghisapan dan perbudakan.
Penjajahan Barat ternyata membawa implikasi yang
sangat luas terhadap perkembangan peradaban Islam baik peradaban material yang
berupa tehnologi baru, maupun peradaban mental. Penjajahan Barat juga
memicu gerakan pembaharuan dalam Islam, yang mana bertujuan untuk memurnikan
agama Islam dari pengaruh asing dan menimba gagasan-gagasan pembaharuan dan
ilmu pengetahuan Barat.
B. SARAN
Demikianlah uraian singkat makalah tentang Dunia Islam
pada masa penjajahan Barat. Tulisan ini masih sangat terbatas dan
memerlukan tambahan guna memperluas wawasan kita. Hal ini sebagai upaya
mengenalkan warisan kebudayaan Islam, sehingga generasi penerus kita mampu
mengambil 'ibrah dari peristiwa yang telah terjadi di masa lalu, agar nantinya
mereka dapat mencontoh dan mengambil apa yang seharusnya mereka pegangi dan
tidak megulangi lagi kesalahan-kesalahan yang diperbuat oleh para tokoh-tokoh
Islam terdahulu.
Oleh karena itu JASS MERAH (Jangan Sekali-Sekali
Melupakan Sejarah) karena sejarah adalah sumber hukum dan pijakan dalam memperjuangkan
Agama Islam di Belahan dunia. Go fight Islam!
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Samsul Munir Sejarah
Peradaban Islam. Cet. II; Jakarta: Amzah. 2010.
Bakri, Syamsul. Peta
Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta:
Fajar Media Press.
2011.
Brockelman. History
Of The Islamic Peoples. London: Routledge dan Kegan Paul.
1982.
Hourani, Albert. a
History of Arab Peoples. Sejarah Bangsa-Bangsa Muslim, diterj.
Irfan Abu Bakar. Cet.
I; Bandung: Mizan Pustaka. 2004.
Makalah Penjajahan bangsa barat atas dunia Islam dan perjuangan kemerdekaan negara-negara Islam
Reviewed by Karaeng Se're
on
6:12:00 PM
Rating:
mantap sejarah baru tau ane
ReplyDeletebelajar lagi yah :)
Deletegimana downlodnya??
ReplyDeleteGIMANA DONWLOADNYA?
ReplyDeleteThanks for sharing useful information
ReplyDeleteonline quran recitation with tajweed